Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas (TPB Fateta Unand) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) pada Rabu (12/6) untuk mendiskusikan pembaruan kurikulum. Acara yang berlangsung di Ruang Sidang Lantai 1 Departemen TPB ini menghadirkan berbagai narasumber dari beragam latar belakang baik secara daring maupun luring.
FGD dibuka dengan sambutan hangat dari Ketua Departemen TPB, Renny Eka Putri, yang menyampaikan presentasi penuh semangat mengenai pentingnya pendidikan tinggi yang berfokus pada luaran (outcomes). Renny menegaskan bahwa TPB Fateta Unand sedang menyusun kurikulum baru yang akan menjadi topik utama dalam diskusi tersebut.
Selanjutnya, Ferdinal Asmin, Sekretaris Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat, mengungkapkan betapa sektor pertanian Sumatera Barat sangat membutuhkan lulusan yang menguasai teknologi. Ia juga menekankan pentingnya memasukkan pemahaman tentang fenomena sosial pertanian dalam kurikulum baru.
Afnelly, Kepala UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumatera Barat, memberikan saran agar kurikulum memungkinkan mahasiswa menyesuaikan mata kuliah sesuai pilihan karir mereka. Kemampuan berkomunikasi atau public speaking juga diangkat sebagai salah satu poin penting yang harus dimiliki seorang lulusan sarjana.
Berbagai narasumber lainnya turut memberikan pandangan berharga, di antaranya, Masukan juga disampaikan oleh berbagai narasumber lainnya seperti Nofiarli dari Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Buah Tropika, Zulhamdi dari PT Mitra Kerinci, Moch Syarif Mulyawan dari PT Sumatera Tropical Spices, Erwin dari PT Syngenta Indonesia, Deni Saputra dari CV Geo Solusindo, Adi Junaedi dari KKI Warsi, Dede Pratama dan Hajirian Hidayat dari APP Forestry Riau Region, serta Sujatmiko dari CV Arpindo Perkasa.
Deni Saputra menekankan, menghadapi tuntutan dunia kerja, mahasiswa harus mendapatkan pembelajaran yang relevan seperti perencanaan dan konservasi sumber daya air dan lahan. Dalam kurikulum yang dirancang, penting untuk mencakup mata kuliah seperti ilmu ukur wilayah, gambar teknik, dan pengelolaan sumber daya alam.”
Selain pembelajaran akademis, mahasiswa juga didorong untuk memperoleh sertifikasi kompetensi yang diakui oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) atau asosiasi terkait. Sertifikasi ini mencakup keahlian khusus yang dibutuhkan di bidang mereka dan berfungsi sebagai bukti kompetensi yang dimiliki. Dengan bekal ilmu dan sertifikasi tersebut, lulusan tidak hanya dipersiapkan untuk menghasilkan output, tetapi juga mampu memahami dan berkontribusi dalam proses kegiatan di dunia kerja. Hal ini memastikan bahwa mereka memiliki modal yang kuat dan pengakuan formal atas kemampuan mereka saat memasuki pasar kerja.
Adi Junaedi dari KKI Warsi menambahkan bahwa hampir semua lulusan menghadapi kesenjangan antara pengetahuan akademik dan pengetahuan umum yang mereka miliki. Salah satu persoalan yang muncul adalah kecenderungan mahasiswa hanya menghafal teks, tanpa menguasai kemampuan analisis yang mendalam.
Untuk mengatasi hal ini, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) didesain untuk mendorong mahasiswa mengembangkan keterampilan analisis dan berpikir kritis, sehingga mereka lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan di dunia nyata. Program ini berupaya mengintegrasikan pembelajaran akademik dengan kemampuan praktis yang lebih holistik, sehingga lulusan dapat menghubungkan teori dengan aplikasi nyata secara lebih efektif.
Workshop ini menunjukkan komitmen TPB Fateta Unand untuk menciptakan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Dengan kolaborasi dari berbagai pihak, diharapkan lulusan Teknik Pertanian dan Biosistem Unand akan siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi secara signifikan dalam sektor pertanian berbasis teknologi.
*Tulisan ini sudah pernah terbit di https://langgam.id